Sunday, May 13, 2007

Ide Gila Ujian Nasional

Apakah kita mengikuti cara yang pintar

Dinegara- negara maju, kepintaran seseorang bukan dinilai dari titel, ijasah, jabatan atau apalah segalanya yang sejenis. Tetapi dari hasil karya nyata seperti inovasinya, karya tulisnya, dan sebagainya.
Selama ini saya baca di media cetak, media audio, media internet dan media lainnya, dari berpuluh- puluh karya tulis tentang UN tidak satupun (yang tulisannya bermutu) yang mendukung Ujian Nasional.
Jadinya tak satupun orang yang peduli pendidikan dan orang yang pintar (karena bisa menghasilkan karya tulis yang cerdas) di Indonesia ini yang mendukung Ujian Nasional.
Jangan mengikuti pola pegawai negri, jabatan/ golongan pegawai ditentukan titel (dan katanya upeti dan nepotisme juga).
Kalau tak percaya, coba buka arsip koran Anda yang sudah jadi pembungkus, atau search aja mengunakan internet. Apakah ada artikel atau karya tulis bermutu yang mendukung UN.


Apakah kita sedang belajar

Apakah kita tak pernah belajar dari tetangga. Dihampir semua negara dibumi ini masih tetap menggandalkan guru sebagai penentu kelulusan.
Apakah kita tak pernah belajar dari sejarah, karena sejarah tidak menjadi mata uji dalam UN.
Apakah kita tidak perlu berekspresi, karena seni tidak juga menjadi mata uji pada UN.
Apakah kita tak perlu berkehidupan sosial, karena tak satupun mata pelajaran sosial di UN.
Apakah kita tidak pernah belajar bahwa proses lebih baik dari pada hasil.
Apakah teladan seorang pengajar sudah beralih kepada prestasi nilai ujian.
Apakah perhatian dan kesabaran seorang guru tidak dibutuhkan lagi muridnya.


Apakah yakin UN bisa membebaskan masalah

Didunia yang menjadi dunia material ini, masihkah ada moral.
Sistem EBTANAS dan raport kelulusan dari guru sudah kuno. Hanya beberapa mata pelajaran, maka dengan mudahnya hak preogatif guru untuk menentukan kelulusan dibrendel.
Karena ingin standarisasi namun kita belum memiliki 100% guru yang dengan standar, maka mengunakan standar yang begitu mudahnya. Sungguh menutup masalah dengan masalah.
Mungkin dalam benak-"nya" lebih sulit meningkatkan kualitas guru apa lagi menstandarisasikannya.
Negara butuh penghematan, cukup beberapa trilyun untuk UN kita bisa mendapatkan standar ISO 666 (wong iso edan).
Lebih hemat dibandingkan meningkatkan standar gaji/ kesejahteraan guru, tunjangan mendidik, tunjangan peningkatan pendidikan guru, bikin seminar gono- gini tentang pendidikan, bonus untuk hasil penelitan/ karya guru, biaya perbaikan gedung (khan kita ngak butuh lagi) dan lainnya (aduh pusing tambah kerjaan).
Mending cara gampang tiap tahun ujian yang standar dan kita menunggu laporannya di meja, nanti ada staff- staff ahli yang akan menganalisanya statistik-"nya".


Harus direnungkan

Mengapa ada guru yang membantu muridnya sendiri berbuat curang dalam Ujian Nasional?
Mengapa di berita televisi ada murid yang sangat berbakat (dalam track record-nya) tetapi tidak lulus UN.
Mengapa banyak bukti pembocoran, penjualan kunci jawaban, soal dan lainnya tetapi masih diabaikan.
Mengapa ada beberapa kasus pencobaan dan bunuh diri "anak" akibat UN.
Mengapa banyak bermunculan lembaga pendidikan praktis yang menjamin bisa lulus UN.
Mengapa anggaran 20% untuk pendidikan belum tercapai, tetapi UN yang kita dapat?
Mengapa ada pejabat Mendiknas berbicara "Gagal UN. Ikut saja Ujian paket C. Karena lebih bermutu, mata ujiannya lebih banyak". (kira2 begitu perkataannya, dalam suatu acara televisi).
Mengapa tidak kita tutup saja semua sekolah tingkat pendidikan sampai SLTA, karena sudah ada solusi baru "Ujian Paket C".
Mengapa pikir- pikir dengan Paket C. Sangat menarik, karena bisa menghemat waktu (tak usah program 9 tahun wajib belajar) dan biaya sangat terjangkau (kalau tak terjangkau, capai dengan menjadi pekerjaan kasar saat usia sekolah dan terkumpul uang saat cukup umur untuk paket C).
Mengapa air mata guru tidak sepekat air mata buaya.
Mengapa tidak ikut gaya iklan saja "Buat anak kok coba- coba".
Mengapa selalu kata- kata kritis dianggap suatu yang mengancam atau "Gitu aja kok repot".


Ungkapkan perasaan Anda. Tambah komentar dan sebarkan pesan ini kepada teman- teman Anda.
Saatnya kita bersuara.

Biarkan hati nurani yang bergerak
Bergerak sekarang... katakan "TIDAK" Ujian Nasional sebagai penentu kelulusan.
Dukung guru mendapatkan kembali hak-nya.
STOP "Pembodohan Nasional" yang me-marjinal-kan Bangsa Indonesia.

^^sourceid
http://emang-gila.blogspot.com

No comments:

http://www.anekacd.com