Thursday, September 13, 2007

Konsep Aneh Transportasi

Tarif jalan tol

Menurut UU no 38 tahun 2004 tentang jalan, disebutkan pemerintah dapat meninjau ulang tarif jalan tol setiap 2 tahun. Tahun ini pemerintah menaikkan 13 ruas jalan tol dengan kisaran 18- 25 persen.

Dengan alasan inflasi atau penyesuaian biaya oprasional dan juga untuk menarik investor untuk mau berinvestasi dibidang jalan tol. Tarif tol ini sangatlah memberatkan masyarakat, dimana layanan jalan tol masihlah buruk.
Belum ada solusi atas kemacetan, masih ada ruas jalan yang belom standar, masih adanya derek tol yang memeras, fasilitas pendukung jalan tol yang kurang dan masalah lainnya. Ini adalah ketimpangan hak dan kewajiban dari operator jalan tol.

Efek kenaikan jalan tol. Yang pasti bukan hanya memicu kenaikkan ongkos tarif jalan tol. Tetapi pula menaikkan tarif kendaraan umum, tarif pengiriman barang, meningkatkan orang untuk memilih jalan alternatif dan memacetkannya serta akibat langsung lainnya.

Selain dampak langsung ada juga dampak tak langsungnya, yaitu adanya efek domino naiknya harga yang berhubungan dengan transportasi atau menambah inflasi yang memberatkan dan semakin miskinnya masyarakat.
Coba bayangkan bertapa susahnya naiknya gaji karyawan atau pendapatan pegusaha di banding naiknya tarif jalan tol, apakah ini tidak memiskinkan masyarakat yang daya belinya susah meningkat.

Lucunya kebijaksanaan ini untuk menarik investor lebih tertarik menanamkan modalnya. Dengan penyesuaian tarif kemampuan untuk mengembalikan modal lebih cepat sehingga menjadi magnet untuk investor terjun dalam pembangunan jalan tol. Masih banyak rencana pembangunan jalan tol oleh pemerintah yang hanya bisa dipercepat dengan masuknya investor, tetapi apakah harus dengan mengorbankan kepentingan masyarakat.

Jalan tol bukanlah jalan sepi seperti kuburan, ntah berapa banyak kenadaraan yang mengunakannya setiap hari. Jika dinilai dengan uang pecahan sepuluh ribu, maka jalan tol dapat membuat hujan uang kertas dalam suatu RW tanpa henti.
Adalah bohong jika menjual jasa dan ramai penggunanya tetapi bisa merugi. Dan lebih anehnya perawatan jalan tol saya nilai biasa- biasa buktinya kerusakan atau lubang jalan tol masih dibiarkan dalam hitungan minggu untuk menunggu perbaikkannya, masa dengan kualitas perawatan seperti ini operator jalan tol bisa merugi.

Dan juga bukannya sudah ada ruas jalan tol yang sudah berumur lebih 20 tahun?? Bukannya jalan tol ini sudah dapat mengembalikan nilai investasinya? Hanya pengusaha bodoh yang mau memproyeksikan investasinya balik lebih dari 20 tahun.
Enak sekali operator jalan tol yang lama, mereka terus mendapatkan kenaikan jalan tol selalu yang menaikkan terus keuntungan mereka tanpa memberikan konpensasi kepada masyarakat.

Kemudian apakah kita tidak membayar pajak?? Diluar negeri jalan tol hanya mahal sekitar 10- 15 tahun pertama penggunaannya, selanjutnya tarif turun bahkan diambil oleh pememrintah daerah dan operasionalnya menggunakan uang pajak masyarakat.
Apakah pajak masyarakat tidak pernah kembali ke masyarakat...

Memang ada investor yang membantu dalam membangun jalan tol, lalu masyarakat mengembalikan modal investor. Itu hal yang sah saja tetapi kenapa tarif jalan tol terus naik, bahkan seperti lonjakan yang membuat kaya investor.
Bayangkan kisaran 20 persen, dan ini bisa ditinjau setiap 2 tahun. Ini nilai yang sangat parah dibanding nilai inflasi Indonesia yang beberapa tahun ini hanya kisaran 6 persen pertahun.

Bukankan penyediaan dan pembangunan infrastruktur jalan merupakan tugas pemerintah?
Saya kira ada kesalahan konsep (miskonsepsi) pemerintah, harusnya pemerintah juga menginvestasikan dananya ke infrastruktur ini dan tidak memikirkan waktu untuk mengembalikan modalnya seperti investor.

Harusnya juga ada revisi Undang- Undang dimana tarif jalan tol dibagi menjadi 2 tarif. Dimana tarif untuk 15 tahun pertama yaitu tarif jalan tol yang masih mengembalikan nilai investasi. Dan 15 tahun setelahnya yaitu ruas jalan tol yang telah mengembalikan nilai investasinya, dimana tarif yang dikenakan hanyalah biaya opersional tanpa biaya pengembalian nilai investasi.

Dengan cara ini masih tarif untuk pengembangan jalan tol baru kompetitif untuk investor, dan jalan tol yang lama tidak memberatkan kondisi masyarakat atau hanya menguntungkan operator lama.
Pembangunan terus berjalan untuk pengembangan baru dan tidak membuat kaya orang- orang lama yang pastinya merupakan orang- orang dari Orde Baru....

Kita sudah reformasi, kapan kita berpikir seperti kaum reformis??
Saya ikut mendukung gugatan class action yang menuntut kenaikkan jalan tol, semoga pemerintah sadar akan semua tindakkannya.


Perencanaan pembangunan yang parah

Kita sampai tahun ini baru memiliki 620 km ruas jalan tol, artinya dalam 30 tahun pembangunannya hanya 20 km pertahun.
Sebenarnya kita termasuk negara yang paling awal membangun jalan tol dikawasan Asia Tenggara, jalan tol Jagorawi sudah dimulai dibangun sejak tahun 1974 dan mulai beroperasi 1978. Tetapi selanjutnya kita kalah jauh dengan negara lainnya.

Bandingkan dengan Malaysia yang sudah lebih dari 6 ribu, yang sudah melewati 6 kali panjang jalan darat pulau Jawa. Di China yang lebih dari 90 ribu jalan tol, atau di Amerika yang ratusan ribu jalan tol dan ratusan ribu pula rel kereta. (Kompas 8-9-07)

Tahun 2006 lalu pada stasiun MetroTV ada siaran ekspedisi perkumpulan pecinta mobil offroad lintas Kalimantan. Saat melintasi Kalimantan bagian Indonesia mobil- mobil offroad sangatlah melintasi jalur offroad, dan begitu sampai Serawak Malaysia seakan sampai tujuan jalanannya begitu bagus lalu ketika sampai Brunai Darussalam banyak monumen- monumen yang indah. Kemudian ketika jalur pulang kembali melewati lintas offroad sampai benar- benar peralatan offroad seperti tali derek digunakan, sungguh terlihat kita sangat tertinggal oleh negara tetangga.

Jadi terbukti bahwa infrakstruktur adalah tulang punggung dari ekonomi suatu negara, bahkan pada tahun 2005 China pernah menaikkan suku bunga untuk sedikit mengerem laju pertumbuhan ekonomi. Hal ini disebabkan asumsi negara China yang tidak dapat menyediakan pembangunan infrastruktur yang cukup untuk menunjang pertumbuhan ekonomi.

Hanya di Indonesia yang memaksa nilai pertumbuhan dengan target nilai tertentu tetapi tanpa memikirkan pembangunan infrastruktur terutama transportasi. Kita terus memaksakan perkembangan negara dengan kondisi infrakstruktur yang tidak menunjang, suatu konsep yang aneh bukan.

Pemikiran pembangunan bila ada permintaan harusnya dibalik, kita dapat menciptakan permintaan dengan adanya pembangunan fasilitas. Pembangunan terkesan harus menunggu, bayangkan berapa tahun kita merasakan macet baru ada realisasi pembangunan flyover atau underpass.

Pengalaman tahun 2005 di daerah pelabuhan Tanggu - Tianjin - China, jalanan umum biasa masih dapat dihitung volume permenitnya dengan jari tetapi sudah ada jalan tol layang diatasnya dan jalur kereta api yang sudah doubletrack. Pemerintah China bukanlah bodoh memang belum ada permintaan untuk jalan tol untuk kebutuhan pelabuhannya, tetapi dia menciptakan permintaan atau meningkatkan fasilitas pelabuhan yang akan meningkatkan pengguna pelabuhan.


Pembangunan transportasi lainnya

Sejak jaman kolonialis Belanda, jalan kereta api bukannya bertambah bahkan makin berkurang. Banyak jalur kereta api yang telah dibangun Belanda atau Jepang yang ditinggalkan tak terpakai. Dibiarkan terbengkalai terutama pada daerah Sumatra dan luar pulau Jawa lainnya.
Sedangkan pembangunan rel kereta api yang baru hampir tidak ada. Peningkatan kualitas saja sangat minim, bayangkan doubletrack pada ruas pantura saja ntah kapan selesainya.

Bayangkan bagaimana dengan Amerika Serikat dengan bentangan dari timur ke barat hampir 6 ribu kilometer jalan darat masih dapat effisien transpotasinya karena adanya sistem kereta api yang sangat baik. Dan hampir semua transportasi barang jarak jauh di Amerika menggunakannya, sedangkan di Indonesia transportasi barang kita haruskan mengandalkan jalur jalan darat biasa yang sangat penuh pungli.

Dulu kita punya Trem (kereta transportasi mini) pada satu ruas jalan dalam kota tetapi sudah menghilang. Jaman Belanda daerah kota tua Jakarta penuh dengan jalur- jalur air untuk transportasi sampai dalam kota, sekarang tidak dapat digunakan lagi karena pembagunan jembatan yang menghalangi dan munculnya kebiasaan sungai sebagai tempat sampah. Contoh pembangunan yang tidak terencana bahkan menghilangkan fasilitas yang sudah ada.

Ini bukan saya temukan pada acara televisi "Aneh tapi nyata" tetapi saya baca di koran harian. Akhir Juli yang lalu di koran Kompas pemerintah DKI Jakarta meminta maaf atas banyak kerusakkan rambu lampu merah diberbagai daerah di Jakarta, dan baru September selesai diperbaiki setelah ditenderkan terlebih dahulu perbaikkannya.

Lucu ya, sarana lampu merah yang rutin kita gunakan dan harus kontinue berjalan. Tetapi perawatannya tidak rutin dan bila ada kerusakkan harus menunggu tender terlebih dahulu.
Haha dimana peran lembaga negara yang rutin menerima gaji dari uang rakyat??? Buat apa ada DILANTAS atau PU.
Satu contoh lagi kalau orang Indonesia hanya bisa membangun tetapi tidak bisa merawat.

Banyak rencana pembangunan transportasi moderen yang akan kita miliki akan datang. Tetapi rencana tersebut senenarnya sangatlah tertinggal dan terlihat sulit direalisasikan. Seperti pembangunan transportasi massa monorail, subway, dan lainnya.
Dan kenapa sarana transportasi yang sudah ada tidak ada pengembangan dan lemah pengaturan atau perawatannya.


Korupsi yang parah

Kita seperti berada pada sarang korupsi, bahkan kata orang Indonesia tak akan jalan tanpa korupsi. Maksudnya korupsi sudah membudaya jadi seakan tanpa celah korupsi hampir tak ada pejabat yang akan melaksanakannya.

Korupsi mulai dari tingkat yang paling rendah sampai tingkat paling tinggi, dari tahap paling awal sampai yang akhir. Contohnya dari tahap awal ntah berapa uang yang harus dikeluarkan untuk meloloskankannya pada DPR atau DPRD.
Kemudian tahap perencanaan/ disain yang kadang biayanya mengada- ada. Pembebasan tanah, inilah yang paling banyak korupsinya, metodanya bermacam- macam dari pengembungan nilai tanah, tanah sebelumnya dibeli oleh pihak famili pejabat, sampai teror agar tanah dapat direbut dari masyarakat.

Tahap pembangunannya juga penuh dengan korupsi. Data yang dulu pernah saya baca dari harian kompas, pembangunan jalan tol jaman sekarang sekitar 60- 80 milyar perkilometer. Sedangkan pada Orde Baru setelah dinilai dengan perhitungan inflasi nilainya sekitar 120 milyar perkilometer, dari nilai ini kita dapat memperhitungkan nilai korupsi pada jaman Orde Baru.
Jika 120 dibandingkan dengan 80 milyar maka korupsi pada Orde Baru yaitu 40 milyar atau sepertiga dari nilai proyek... Luar Biasa....

Sampai korupsi pada operasional. Seperti bayangan operasional yang saya berikan diatas, ini juga lumayan kronis. Terutama oleh aparatur pelaksananya. Contoh yang paling menyedihkan yang ditayangkan pada berita televisi di Liputan 6, saat kekeringan yang diderita petani pada saat musim kering tahun ini di Indramayu. Untuk mendapatkan air para petani harus mengumpulkan uang 1- 2 juta untuk mendapatkan air dengan membayar kepada petugas pintu air. Alamak sebagai petani pun harus diperas agar dapat hidup.

Satu lagi masalah korupsi yang parah adalah soal mutu. Saya sebagai warga asal Lampung sudah bosan mendengar berita rusaknya jalan terutama pada jalur lintas timur. Alangkah parahnya kualitas jalan yang hanya bertahan hanya sekitar 1 tahun, kemudian diperbaiki dan rusak lagi, perbaikan yang tak ada hentinya.
Rekan kerja saya memiliki banyak famili yang bergerak di bidang konstruksi, ada pengalaman tentang pembangunan sarana jalan pada suatu daerah. Saat mendapatkan tender pembangunan jalan raya dari seorang Bupati proyek berjalan lancar, tetapi setelah beberapa tahun dan mengontak Pak Bupati. Jawabannya yang diterima bukannya pujian karena kualitas jalan yang telah dibangun sangat bagus, tetapi malah pertanyaan "Kenapa nih jalan yang kamu buat tidak rusak- rusak? Bagaimana bisa ada proyek baru lagi!".

Dan yang ini salah satu budaya kita yang menarik. Anda pasti tahu kalau bila ada pejabat penting suatu daerah, maka uang keluar itu tidak ada artinya. Tiba- tiba jalan di bangun atau diperbaiki, dugaan dalam hati masyarakat mungkin minggu depan presiden, ketua DPR atau pejabat penting lainnya mau berkunjung kesini. Betul tidak.
Jalananan, sekolah, rumah ibadah, fasilitas umum lainnya akan lancar dibuat atau diperbaiki. Dan paling ramai telihat adalah jika mau massa pemilihan kepada daerah, didaerah tempat kerja saya saja tiba- tiba jalanan diperbaiki dan jembatan dilebarkan padahal sebelumnya ntah berapa tahun jalanan rusak dan macet parah.
Benar sekali budaya menjilat kita lebih besar dari pada budaya meresap....

Penting ada ingat ini adalah masalah konsep dan budaya yang kita buat sendiri, dan kita punya pilihan...

^^sourceid

http://emang-gila.blogspot.com

No comments:

http://www.anekacd.com