Sunday, August 12, 2007

Kebakaran Tol Lagi

Kebakaran besar yang menghanguskan pemukiman kumuh melalap sekitar 200 rumah semipermanen di bawah ruas jalan tol yang terletak di bawah jalan layang tol Jembatan Tiga, Pluit, Jakarta Utara (km 24), selasa pagi 7 Agustus 2007.

Padahal sebelumnya 22 Mei terjadi kebakaran pula di bawah jembatan layang Pluit, Jakarta Barat Lokasi kejadiannya terletak di kilometer 24-800 atau hanya 600 meter dari lokasi di Jembatan Tiga.

Akibatnya

Akibat kebakaran terjadi kemacetan total yang sangat parah, dan membuat terhambatnya calon penumpang pesawat yang akan bepergian melalui Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten. Karena itu, banyak pemberangkatan pesawat yang terpaksa (force majeur) mengalami penundaan.

Sampai sekarang pun arus kendaran antara Ancol-Cengkareng pada jalan tol Pluit hanya dibuka satu jalur dan kedaraan besar dilarang melewatinya.

selain menghanguskan ratusan bangunan juga mengakibatkan memuainya konstruksi jalan tol di kolong jalan layang sepanjang lebih dari 300 meter. Kelihatan, beton yang menghitam dan terkelupas di banyak tempat, membuat usia bangunan jalan tol di ruas itu menyusut drastis.

Seperti kata Dirut PT Citra Marga Nushapala Persada (CMNP) Daddy Hariadi (http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=179360), usia jalan tol Jembatan Tiga yang seharusnya 40 tahun lagi, kini mungkin tinggal empat bulan saja. Itu karena musibah kebakaran membuat badan jalan tol digarang panas sekitar 700 derajat celcius dalam tempo cukup lama.

Kita memang negri bencana. Dari tsunami, gempa, banjir, longsor, kebakaran hutan, bencana transportasi, dan banyak bencana lainnya.
Tetapi apakah kita harus meniru bencana yang dialami jembatan di Minneapolis, Minnesota, Amerika Serikat?

Apakah keadaan macet kota yang belarut harus ditambah dengan kemacetan total dan bencana struktur yang bisa membawa korban jiwa yang banyak.

Kebutuhan Warga Kota

Pemprov DKI jakarta (http://www.kompas.com/ver1/Metropolitan/0708/08/215508.htm) akan merelokasi penduduk yang tinggal di kolong jembatan tol karena terlalu padat dan rawan terbakar sehingga membahayakan struktur jalan tol tersebut.
Dan Pemprov juga meminta kembali pengelolaan kolong jembatang kembali ke Pemprov agar tidak ada dualisme kebijaksanaan pembangunan kota.
Gubernur Sutioso merencanakan mengubah kawasan di bawah tol menjadi taman dan lapangan olah raga.

Adanya arus urbanisasi dan kurangnya fasilitas perumahan di kota menjadikan warga miskin kota jadi kaum terpinggirkan yang menghuni tempat- tempat yang kurang memadai.

Di bawah jembatan tol saja jumlahnya sekitar 10.000 sampai 18.000 kepala belom termasuk penghuni di bantaran kali, pinggiran rel kereta yang sedang dibersihkan, dan tempat- tempat lainnya. Penghuni kolong jembatan ini dapat menghuninya karena izin Kementrian Permukiman dan Prasarana Wilayah sejak tahun 2003 dan izinnya habis sejak 2005 (kompas, 12-8-2007).

Kebutuhan akan fasilitas perumahan untuk rakyat terutama rakyat kecil sering terabaikan diantara banyaknya masalah yang dihadapi bangsa Indonesia. Tetapi tanpa kebijaksanan yang kurang memihak membuat warga kota tak banyak pilihan. Bahkan sebagian warga korban kebakaran sudah mulai mematok kembali bekas rumah mereka yang terbakar, karena ketidakjelasan masalah kebijaksanan relokasi.

Selain kebutuhan akan perumahan, masyarakat kota juga membutuhkan fasilitas pendukungnya.
Misalnya tempat bermain, sarana olah raga, atau sarana rekreasi lainnya.

Pernahkah Anda mendengar kecelakaan anak di jalanan karena mengejar layang-layang?
Atau banyaknya anak sekolah yang bermain dan tawuran dijalanan setelah atau saat jam sekolah.
Ini adalah bukti kurangnya ruang umum untuk taman bermain yang merupakan fasilitas pendukung masyarakat. Sehingga adanya benturan penggunaan tempat yang tidak semestinya dan terjadinya kurang aktualisasi khususnya pelajar yang saya kira menjadi penyebab terjadinya tawuran atau kenakalan remaja.

Wacana bagus Pemprov

Membangun kawasan di bawah tol menjadi taman dan lapangan olah raga saya kira sangatlah baik.

Taman kota sebagai sarana rekreasi, dan juga sarana olah raga yang cocok dibangun di bawah jembatan tol yaitu, basket, bulu tangkis, voli, futsal, kolam renang, dan sebagainya.
Yang pasti fasilitas ini mengurangi resiko terjadinya kebakaran terutama bila di bangun kolam renang :)

Seperti yang saya lihat di tv atau film (karena saya belom banyak keluar negri :). Dinegara yang banyak jalan layangnya, banyak kolong jembatannya digunakan sebagai sarana masyarakat, seperti tempat olah raga, taman bermain dan taman kota. Bahkan pernah dalam siaran TV yang saya pernah lihat. Ada sebuah sekolah di Amerika yang sengaja membuat jalan akses ke kolong jembatan yang telah di batasi untuk menjadi sarana bermain anak- anak sekolah.

Selain sebagai memberi fasilitas buat masyarakat, fasilias olah raga khusunya dibutuhkan untuk membina bakat- bakat olah raga kita.
Tentu kita mengetahui menurunnya prestasi olah raga Indonesia saat ini, sudah beberapa tahun piala Thomas dan Uber tidak dapat kita raih lagi, kita banyak terpuruk di kejuaraan tingkat internasional.
Tentu saja ini bisa menjadi salah satu solusi praktis untuk mengembangkan dunia olah raga kita yang realistis untuk dikembangkan.

Dan yang pasti, seperti yang kita lihat pada kejuaran sepak bola piala Asia kemarin. Bertapa hebatnya olah raga dapat membangkitkan rasa nasionalisme.
Apalagi kita dapat memenangkan kerjuaraan di luar negri, hanya ada 2 kesempatan lagu kebangsaan suatu negara dikumandangkan diluar negri yaitu saat kepala negara mengadakan kunjungan dan saat olahragawan mengukir prestasi.

Setidaknya manfaat yang kita dapatkan yaitu sesuai dengan motto "Men sana in corpore sano".

Kendala yang dihadapi

Masalah yang pertama, seperti kata dosen saya dulu (udah 2 kali nih saya tulis seperti ini :)
"Orang Indonesia bisa ngebangun tapi tidak bisa ngerawat".

Jadi pertanyaan dari saya, bisakah pembangunan ini berlanjut dan keadaannya tidak berubah dan menjadi kacau lagi.
Contohnya saja WC umum, baik di tempat- tempat umum di terminal, pasar, sekolah atau yang lainnya. Hanya bertahan beberapa bulan saja yang dapat dikategorikan layak, selanjutnya menjadi tidak layak atau diambil pihak perseorangan menjadi WC bayaran.
Kenapa saya ambil contoh WC umum?? Seorang teman saya (orang yang suka keluar negri nih :) bilang, untuk melihat maju tidaknya suatu negara dapat Anda lihat dari WC umumnya.

Yang pasti saya yakin Pemprov DKI Jakarta dapat membangunnya. Tetapi apakah yakin fasilitas ini dapat digunakan layak dalam waktu yang lama??

Masalah yang kedua yaitu jangan sampai fasilitas ini menjadi lahan bisnis baru karena dikomersialkan.
Dikelola pihak peresorangan mungkin akan lebih terawat dan maksimal penggunaannya.

Tetapi ini melenceng dari tujuan kita sebagai fasilitas umum untuk masyarakat.
Apalagi ini menjadi perebutan lahan bisnis dan bisa terjadinya KKN untuk mendapatkan izin pengelolaan tepat yang pastinya melewati pemerintah.

Jadi menurut saya sebaiknya pengelolaannya dilakukan langsung oleh Pemprov atau pihak yang berwenang. Seperti Pemda, Mempora dan Jasa Marga (yang mengelola jalan tol yang juga memberikan fasilitas penerangannya).

Atau pihak lain, yang saya kira harus berbasis komunitas.
Seperti organisasi olah raga (club, persatuan olah raga dan lainnya), sekolah dan pihak RT atau RW setempat.
Pengelolaannya harus melalui izin dengan pemerintah, yaitu dengan MOU dimana jelas tanggung jawab pengelolaan.
Dan dengan MOU ini, misal fasilitas olah raga yang ada dapat dikenakan/ ditarik biaya dari pengguna untuk biaya pengelolaan dengan jumlah yang wajar. Jadi bukan berorientasi bisnis.

Ingat sekali lagi berbasis komunitas jangan sampai oleh perseorangan untuk bisnis!!

Satu lagi saran, untuk menghindari keluhan dari para orang tua. Sebaiknya fasilitas ini diberikan tanda sektornya, beri saja tanda pada tiang penyangga tol (kilometer tolnya). Coba Anda bayangkan kebingungan orang tua yang ingin mencari anaknya yang diinformasikan bermain dibawah jalan tol pluit. Hehe harus berapa kilometer kolong jalan tol yang harus dicari :)

Selamat Hari Kemerdekan Indonesia ke-62, semoga kita dapat merayakannya dengan semangat dan hal yang bermanfaat.

No comments:

http://www.anekacd.com